Search Insights & Web

Fenomena Munculnya Hewan dalam Jumlah Banyak Terjadi di Bumi


 

Insights Knowledge (IK) - Kemunculan hewan dalam jumlah banyak kerap kali terjadi di beberapa tempat. Belum lama ini, masyarakat dihebohkan dengan feomena ikan-ikan melompat ke daratan di Lembata.dan daerah lainnya baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Beragam spekulasi bermunculan, mulai dari efek perubahan suhu air, musim, arus air laut hingga dugaan pergerakan dasar laut atau pertanda gempa Bumi. Beberapa bulan terakhir kemunculan ular cobra di beberapa daerah juga menghebohkan. Ternyata ada banyak kejadian kemunculan hewan dalam jumlah banyak yang tak lazim dalam beberapa tahun terakhir, berikut rangkumannya seperti dilansir dari berbagai sumber.


1. Hujan Ikan

Fenomena hujan ikan pernah terjadi di a Kota Tampico, Meksiko pada 2017. Menurut warga setempat ikan tersebut terbawa oleh angin karena terjadi badai besar di wilayah Amerika Latin. Fenomena semacam ini juga pernah terjadi beberapa kali di Lajamanu, Australia yakni tahun 1974, 2004, dan 2010.


2. Hujan Iguana

Kebayang gak tiba-tiba Iguana berjatuhan dari langit seperti hujan Iguana? hiiiiyyy.... ngeri! Suhu di Florida belakangan ini sedang turun, begitu juga dengan kondisi iguana yang ikut melemah. Iguana berjatuhan dari pohon itu bagaikan hujan. Dengan badan yang membeku dan tidak bisa bergerak, iguana tersebut banyak yang jatuh dari cabang-cabang pohon dan tergeletak begitu saja di pinggir jalan atau di halaman. Telah dipastikan oleh pihak berwenang, iguana tidak ada yang mati, melainkan hanya kedinginan. Berdasarkan laporan National Weather Service Miami (NWS), dengan suhu terendah mencapai -1 hingga 4 derajat Celcius pada Selasa malam di daerah Miami, beberapa iguana menjadi membeku sehingga gerak mereka melambat dan bahkan menjadi tidak bergerak sepenuhnya.
Melalui akun twitter resmi NWS, pihak lembaga cuaca itu menyampaikan, "Ini bukan sesuatu yang biasanya dapat kami prediksi, tetapi jangan terkejut jika Anda melihat iguana jatuh dari pohon malam ini.”

 

3. Hujan Laba-Laba

Hujan laba-laba pernah terjadi di kota Southern Tablelands, Australia pada Mei 2015. Tidak hanya laba-laba, rumah warga juga dipenuhi dengan jaring.

Menurut dosen biologi di University of Akron, Ohio, Todd Blackledge hujan laba-laba terjadi ketika kelompok laba-laba yang siap melakukan balloning, namun terhambat faktor cuaca, sehingga saat cuaca berubah ke kondisi yang tepat, mereka melakukannya secara bersamaan.

Meskipun laba-laba berukuran kecil tidak berbahaya, namun yang besar dapat merusak tanaman, menutupi daun dengan jaring sehingga tumbuhan tidak mendapatkan cukup cahaya.

4. Wabah Belalang

Di tengah pandemi COVID-19, ribuan belalang menyerang Kongo, Afrika pada pertengahan Februari 2020. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan kondisi ini terjadi karena belalang dewasa, yang sebagian terbawa angin, tiba di pantai barat Danau Albert di Kongo timur dekat kota Bunia.

Wabah tersebut kabarnya dapat memperparah kelapa di wilayah tersebut. Pasalnya ketika belakang semakin bertambah dapat menghancurkan tanaman untuk pasokan pangan.

5. Serangan Tomcat

Hewan bernama latin Coleoptera staphylinidae atau tomcat ditemukan dalam jumlah besar di Tulunggung, Jawa Timur pertengahan bulan Maret 2012. Sekitar 622 jenis tomcat yang menyebar di seluruh dunia. Namun spesies yang menyerang Indonesia ini merupakan jenis Paederus peregrines yang dapat menyebabkan dermatitis.

Selain Indonesia, wabah dermatitis yang ditimbulkan tomket juga menyerang negara lain seperti Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ecuador dan India. 


6. Hujan Katak

Suatu ketika, tentara yang tengah perang waktu itu kaget mendapati hujan yang jatuh bukan berupa air. Malahan, katak-katak muda berukuran kecil yang berjatuhan dari langit.

Para tentara yang sedang bertempur pada saat itu sangat terkejut ketika menyadari bahwa hujan yang jatuh dikepala mereka bukan hanya air, tetapi bersamaan dengan katak muda berukuran kecil. Karena terlalu banyak, katak-katak tersebut sampai terhimpit di dalam topi bahkan kantung yang ada di seragam prajurit.

Selain di Prancis, hujan katak juga pernah terjadi di Massachusets (AS) pada September 1953, Naphlion (Yunani) pada Mei 1981, Kansas City (AS) pada 1873, dan di Jepang. Fenomena itu sendiri sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah.


7. Hujan Cacing
Hujan cacing pernah terjadi pada tahun 2007 di Jennings, yang dialami oleh salah satu karyawan Departemen Kepolisian Jennings, Eleanor Beal.

Ia mengatakan bahwa tiba-tiba binatang itu berjatuhan dari langit, tetapi pada awalnya ia belum mengetahui binatang apa yang jatuh. Demikian dilansir dari KPLCTV.com, Jumat (24/1/2020).

Di Norwegia, hujan cacing rupanya juga penah terjadi. Dilansir dari Independent.co.uk, Jumat (24/1/2020), kejadian itu dialami oleh guru biologi, Karstein Erstad, saat dia bermain ski di pegunungan. Ia mengatakan bahwa melihat gumpalan cacing di salju. Saat ia periksa, ternyata cacing itu masih hidup.

Satu teori populer tentang hujan hewan menunjukkan bahwa cacing-cacing itu mungkin telah diangkat oleh udara dan kemudian dibawa turun jauh dari tempat awal mereka. Selain itu, teori berbeda juga mengatakan semburan air, cuaca yang mirip dengan tornado, dapat membawa hewan kecil tersebut dari laut hingga tiba di darat.

Baca Juga